Siapa yang tidak kenal dengan salah satu Ketua Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pemenang medali PIMNAS ke-26 berparas cantik yang memiliki hobi bermain catur ini. Diah Budiasih, mahasiswa pendidikan dokter angkatan 2010 ini sukses membawa karya-karyanya masuk ke ajang PIMNAS yang diadakan di Universitas Mataram bulan September lalu.
Dari 5 proposal yang didanai oleh DIKTI, yang menyertakan Diah sebagai anggotanya, 2 di antaranya berhasil sampai ke PIMNAS. “Aduh lupa nih kemarin ngajuin berapa proposal, tapi yang jelas lebih dari 5 ya, cuma yang didanai itu 5, dan 2 masuk PIMNAS” tuturnya. Kelima PKM itu terdiri dari 2 PKM-M, PKM-K, PKM-KC dan PKM-P. Nah yang berhasil masuk ke PIMNAS yaitu PKM-KC dan PKM-P.
Yang luar biasa adalah dua karya regunya yang berhasil masuk PIMNAS tersebut, semuanya mendapatkan medali. Dari PKM-KC yang diketuai oleh mahasiswa Fakultas Teknik, regunya berhasil menyabet medali emas pada kategori poster, dan dari PKM-P yang menggandeng mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan dan diketuai oleh Diah sendri, berhasil memperoleh perunggu pada ketegori presentasi. “Kalau aku lebih bangga dapat perunggu di presentasi dari pada emas di poster ya, karna presentase yang menentukan sebuah universitas untuk jadi juara umum itu lebih banyak dari kategori presentasi.”
Mbak Diah sudah berpengalaman sekali dalam mengikuti PKM ini, sejak tahun pertamanya di Fakultas Kedokteran, beliau sudah eksis mengawali PKM dengan PKM-GT yang berhasil lolos didanai. Tahun ke-2, beliau juga mengikuti PKM dengan 3 proposal didanai, yaitu PKM-K dan 2 PKM-P. Kemudian untuk PIMNAS ke-27 ini, ia mengajukan 2 proposal, yaitu PKM-KC dan PKM-K.
Jadi juara, apa rahasianya?
Pemenang juara 3 UNY CUP 2013 bidang catur ini menyampaikan, bahwa sebenarnya mudah untuk bisa sampai menang di PIMNAS. “Kalau mau proposalmu didanai, kamu buat saja judul yang keren dan unik, pasti lolos didanai. Lalu kalau mau sampai di PIMNAS, proposal dan monev-mu harus bagus. Nah, kalau ingin mendapat medali PIMNAS, yang dilihat adalah presentasi, laporan akhir dan proposalmu. Lalu kalau ingin menang di poster, buatlah 1 obyek yang ingin kamu tonjolkan entah tentang produkmu atau penelitianmu. Objek itu dibesarkan, tulisan atau keterangan yang lain kecil-kecil aja nggakpapa, dibuat ringkas.”
Namun Mbak Diah juga menyampaikan, bahwa saat yang paling menentukan dan yang paling “susah” adalah saat mengajukan proposal pertama kali. Karena dari sanalah ide dibuat sedemikain rupa sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan ke depannya jika didanai. Kemudian pada tahap selanjutnya yakni pelaksanaan hanya tinggal mengikuti konsep yang sudah dibuat diawal.
Dalam pengerjaannya, ia juga mengalami banyak kendala. Selain harus mondar-mandir ke lokasi yang berbeda-beda di 5 bidang PKMnya, beliau juga harus membagi waktu dan memilih PKM mana yang harus diprioritaskan. Namun berkat bantuan dari para ahli di bidangnya, pengerjaan proyek PKM berhasil tertuntaskan dengan hasil yang memuaskan.
Sayangnya, perjuangan para mahasiswa yang begitu gigihnya kurang didudukung baik oleh universitas. “Kayaknya gak ada perbedaan usaha UGM di PIMNAS-26 dari tahun sebelumnya untuk merebut juara umum PIMNAS lagi”, kata gadis kelahiran Purwokerto tahun 1991 ini. Beliau juga menyayangkan adanya ketidaksiapan panitia PIMNAS ke-27 Universitas Mataram sehingga membuat kesan tidak nyaman para peserta.
Harapan ke depan, semoga usaha mahasiswa lebih didukung dan difasilitasi lebih baik lagi, “Sepertinya tahun ini beda ya, para maba dari semua fakultas sudah didoktrin untuk ikut PIMNAS.” Bagi para mahasiswa yang ingin berkarya, “Jangan ragu untuk menuliskan idemu, tulis saja meskipun kamu tidak yakin itu bisa diwujudkan atau nggak”. Yang terakhir dari Diah, “Hiduplah untuk hidupmu.”