Sosok ceria seorang Fildzah Izzazi Achmadi (Pendidikan Dokter 2012) atau biasa dikenal dengan nama pena Flazia, atau biasa disapa Izza ini patut berbangga. Mengapa? Novel perdananya yang berjudul Phobia telah menjadi best seller dalam kurun waktu hanya 4 bulan. Akan tetapi, perjalanan novel Phobia melewati perjuangan yang berliku dan sempat mengalami beberapa kali kegagalan.
Perjuangan seorang Flazia berawal dari ajang perlombaan dari sebuah penerbit saat ia masih berada di bangku SMA. Ajang perlombaan ini mengharuskan pesertanya untuk mengarang dengan tema Korea. Maka dari itu novel Phobia ini bertema Korea. Awalnya, Izza tidak tahu menahu tentang Korea, tetapi ia melakukan penelitian yang begitu mendalam selama 2 minggu hingga ia begitu kenal akan budaya Korea. Inspirasinya dalam menulis Phobia didapatkan dari lingkungan sekitar, terutama teman-temannya.
Sayangnya Phobia tidak menang dalam perlombaan ini. Tetapi hal ini tidak menyurutkan langkah Izza. Ia mencoba untuk memasukkan Phobia ke penerbit lain. Lagi-lagi kegagalan masih saja menghampirinya. Akan tetapi, masukan-masukan dari penerbit terus membuatnya semangat. Lalu Izza mencoba lagi untuk memasukkan novelnya ke penerbit lain, akan tetapi kali ini novelnya ditolak mentah-mentah. Bahkan novelnya dimaki-maki oleh penerbit tersebut. Semangat Izza merosot begitu tajam, bahkan ia sempat tidak punya hasrat untuk menulis. Tetapi dukungan dari keluarga dan teman membuat Izza kembali bangkit dari keterpurukan. Setelah ditolak penerbit berkali-kali, Izza akhirnya memberanikan diri lagi untuk memasukkan lagi novelnya ke penerbit. Kali ini penerbitnya bisa dibilang cukup besar. Setelah merasakan berkali-kali pahitnya kegagalan, akhirnya usahanya kali ini berbuah manis. Setelah penantian panjang, novelnya akhirnya diterbitkan ! Tentunya rasa bangga, haru, dan senang dirasakan Izza.
Setelah Phobia diterbitkan, Izza makin sibuk menjalani road show untuk memperkenalkan novelnya ke publik. Mungkin kita bertanya-tanya, bagaimana Izza dapat membagi waktu antara kuliah dan menulis. Izza memaparkan bahwa menulis adalah hidupnya, jadi tiap minggu setelah kuliah pasti ia sempatkan waktu untuk menulis. Penulis favorit Izza adalah Ilana Tan karena novel yang dibuat oleh Ilana Tan sangat menyentuh perasaan.
Saat ditanya apakah Izza ingin jadi dokter atau penulis, ia menjawab bahwa ia ingin menjadi dokter yang dapat menghibur pasien dengan tulisannya. Maka dari itu, semua tulisan yang pernah dibuat Izza selalu berakhir bahagia karena ia ingin semua pembacanya tersenyum saat membaca tulisannya.
Izza berpesan bahwa apapun cita-cita kita, walaupun kita merasa tidak mungkin, lakukan saja. Ada sebuah kalimat menarik yang dikutip dari novel Phobia, “Kau berhak lebih berani dari hari kemarin, itu bisa kau lakukan apabila kau berani”. Maknanya adalah kita harus berani untuk mengambil resiko, urusan menang atau kalah itu urusan nanti. Apabila kita kalah maka kita akan lebih bijaksana, sedangkan apabila kita menang memang itu jalannya.
Aisya Athifa – Medinfo BEM FK UGM
subhanallah.. boleh dong buku nya atau maen ke perpus saya!! terimakasih…..
Go Izza! ditunggu novel-novel selanjutnya 😀